MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSA KATA SISWA MELALUI
METODE
‘ FIVE IN ONE PLUS’
Oleh : A R
I Y A T I
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan salah
satu sarana pendidikan yang digunakan sebagai tempat untuk menimba ilmu
pengetahuan. Selain sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan, sekolah juga
digunakan sebagai tempat siswa mengeksplorasi kemauan dan kemampuan untuk
meraih mimpi dan cita-cita mereka di masa depan.
Bagi para siswa,
sekolah tempat penulis mengajar menjadi
tempat transfer ilmu sekaligus ‘public space’. Hal tersebut sangat dimungkinkan
mengingat minimnya ruang public yang ada
di sekitar sekolah.
Sekolah tempat penulis
bertugas, terletak di pinggiran Sungai Mentaya, tepatnya di Bapinang Hilir. Posisi
sekolah yang tidak jauh dari sungai Mentaya, membuat sekolah lebih mudah
terendam air. Sehingga melepas sepatu menjadi kebiasaan yang sangat familiar
bagi para siswa. Jalan rintang yang ada, tidak menghalangi para siswa untuk menggunakan
sekolah sebagai tempat belajar sekaligus
sebagai tempat bermain yang menyenangkan.
Melepas sepatu menjadi
kewajiban yang mengasyikkan dan tidak menimbulkan keluhan yang mengganggu
proses belajar mengajar setiap hari.
Namun demikian,
semangat tersebut belum diimbangi dengan pencapaian kompetensi siswa yang
diharapkan. Yakni pencapaian kompetensi yang mampu melampaui kriteria ketuntasan
minimal yang ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji kompetensi siswa,
baik ulangan harian, ujian sekolah maupun ujian nasional.
Ketidaktercapaian
kompetensi tersebut merata hampir diseluruh skill (ketrampilan) berbahasa , baik
listening,speaking,reading maupun writing.
Salah satu komponen
pembelajaran bahasa Inggris yang dalam perkembangannya paling bermasalah adalah
penguasaan kosa kata.
Kosa kata merupakan himpunan kata bermakna yang dapat
digunakan oleh seseorang dalam suatu bahasa. Penguasaan kosa kata berpengaruh
terhadap kemampuan seseorang untuk menyusun kalimat maupun menguasai
ketrampilan berbahasa lainnya.
Penguasaan kosa kata
dianggap menjadi bagian yang penting dan mendasar dalam proses pembelajaran
bahasa Inggris. Kekayaan perbendaharaan kosa kata sangat menunjang
pencapaian kompetensi berbahasa. Semakin
kaya kosa kata yang dimiliki siswa, semakin mudah siswa tersebut memperoleh
hasil pencapaian kompetensi yang maksimal.
PERMASALAHAN
Penekanan kurikulum
saat ini adalah pencapaian kompetensi. Hal ini berarti siswa dituntut untuk
mempunyai kompetensi atau kecakapan tertentu sebagai hasil proses pembelajaran
di sekolah.
Faktanya, sebagian
besar siswa di SMP Negeri 3 Pulau Hanaut,sekolah tempat penulis mengajar,
mengalami kesulitan dalam mencapai
kompetensi dasar tertentu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
optimalnya pencapaian hasil belajar siswa tersebut. Antara lain daya dukung
sarana. Faktor yang pertama ini tentu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Daya dukung sarana yang baik akan memberikan dampak positif terhadap pencapaian
hasil belajar peserta didik, begitu juga sebaliknya. Kenyataannya, daya dukung
sarana yang ada tidak cukup membantu pencapaian hasil belajar yang optimal.
Faktor kedua adalah model pembelajaran dan
suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran dan
suasana kelas adalah dua faktor yang saling mempengaruhi. Model pembelajaran
yang komunikatif akan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Pada
kenyataannya, dalam proses pembelajaran sehari-hari, pola komunikasi yang
dibangun atara guru dengan siswa masih jauh dari pencapaian pembelajaran
komunikatif.
Faktor ketiga adalah
penguasaan kosa kata bahasa Inggris siswa yang kurang memadai. Hal ini
mengakibatkan pencapaian kompetensi berbahasa tidak optimal baik secara kuantitas
maupun kualitas. Siswa sering mengalami kesulitan memahami kata, sehingga
pencapaian kompetensi dasar membutuhkan waktu lebih lama.
Untuk mengatasi hal
tersebut, biasanya penulis menggunakan beberapa cara yang dianggap cepat dan
mudah diterima siswa. Cara tersebut adalah memberikan jawaban langsung arti
dari kata yang tidak dimengerti siswa, dan meminta siswa untuk mencari arti
kata yang tidak dimengerti dalam kamus.
Tindakan tersebut di
atas memang tidak salah dilakukan. Namun pada kenyataannya, menimbulkan
beberapa efek yang tidak positif. Antara lain, siswa menjadi tergantung pada
kamus dan guru. Itulah mengapa, diperlukan inovasi untuk menciptakan suasana
belajar yang lebih interaktif dan mendukun perubahan ketergantungan siswa untuk
membantu pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal.
Inovasi sangat mungkin,
bahkan harus dilakukan. Seorang pendidik harus mencari resep yang mujarab untuk
mengobati persoalan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran seperti
paparan di atas. Seyogyanya, di awal semester pendidik sudah harus tahu
kesulitan siswa dan mengatasinya dengan resep yang sudah ditemukan.
Keterlambatan proses
pendeteksian masalah siswa sejak awal berikut solusinya akan mengakibatkan
tidak optimalnya pencapaian target pembelajaran. Secara psikis, siswa semakin
tidak percaya diri untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Ketrampilan
dan kemampuan siswa pun tidak akan mengalami peningkatan karena tidak
mendapatkan treatment yang tepat.
Kosa kata merupakan bagian dari kompetensi linguistik
yang harus dikuasai siswa. Kompetensi linguistik bisa diberikan kepada peserta
didik dengan menggunakan pendekatan menarik, misalnya menggunakan game.
Sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih bisa ditingkatkan.
Dengan demikian diharapkan siswa menikmati proses pembelajaran dan menyerap
materi dalam kondisi yang menyenangkan.
Dalam hal ini metode five in one plus menjadi patut
dipertimbangkan sebagai sebuah solusi efektif untuk membantu meningkatkan penguasaan kosa kata
siswa. Dengan metode ‘five in one plus’ siswa diharapkan dapat lebih mudah
menguasai kosa kata dibanding sebelumnya.
PEMECAHAN MASALAH
Agar pembelajaran
vocabulary ( kosa kata ) memperoleh hasil yang optimal, menyenangkan dan
bermakna, penulis mencoba menggunakan
metode yang dinamakan
‘
five in one plus ‘.
‘ Five in one ‘ adalah tehnik menguasai kosa kata dengan cara
mengingat lima ( 5 ) kata setiap satu ( 1 ) kali pertemuan. Metode ini dilakukan secara
rutin dilakukan oleh siswa, dan dimonitoring oleh guru secara kontinyu setiap
minggu.
Yang dimaksud dengan
istilah ‘plus’ adalah tindakan kreatif yang dilakukan guru untuk memonitor
hafalan siswa melalui cara yang menyenangkan. Sebagai contoh, pada satu
pertemuan, guru mengabsen siswa dengan menggunakan kosa kata yang telah
dihafalkan sebelumnya. Tindakan ‘plus’ tersebut selalu diganti dan dimodifikasi
sesuai dengan materi, situasi dan kondisi.
Melalui metode
ini siswa banyak memperoleh kemudahan dalam menguasai kosa kata,
sehingga berpengaruh positif terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan pengalaman penulis yang menunjukkan bahwa kegiatan yang melibatkan komunikasi
nyata mendorong hasil belajar . Siswa diberi keleluasaan untuk melakukan eksplorasi di
bawah bimbingan guru melaui cara bermain, unjuk hafalan, dan kegiatan lain yang
menyenangkan.
Keterlibatan siswa memberikan dampak yang positif baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Hal ini tentu berbeda jika pembelajaran hanya berlangsung di bawah
dominasi guru. Hasil yang ditimbulkan adalah rasa tidak percaya diri yang
muncul di benak siswa, karena takut salah. Dengan metode five in one plus, diharapkan siswa yang tadinya tidak percaya diri
menjadi percaya diri, siswa yang pasif menjadi aktif.
PELAKSANAAN
Metode ‘five in one plus’ dilaksanakan dengan langkah –
langkah di bawah ini :
1. Pada
pertemuan pertama, siswa diberi 5 kosa kata, kemudian siswa diminta untuk
mengulang – ulang dan mengingat kosa kata tersebut di rumah.
2. Pada
pertemuan berikutnya, guru memonitoring tugas yang diberikan melalui tindakan
‘plus’, misalnya dengan cara menebak kata yang tidak lengkap. Kata – kata yang
tidak lengkap tersebut adalah kosa kata yang telah dijadikan tagihan buat
siswa.
BENTUK
KEBERHASILAN DALAM PEMBELAJARAN
Setelah metode ini diterapkan, banyak gejala positif yang
ditunjukkan siswa. Rasa percaya diri siswa meningkat, dibuktikan dari banyaknya
siswa yang terlibat aktif dalam setiap tindakan yang diberikan guru. Gejala yang
lain juga bisa dilihat dari perubahan perilaku siswa yang semula pasif menjadi
aktif. Siswa menunjukkan semangat dan rasa senang untuk terlibat langsung dalam
permainan.
Selain dari gejala tersebut di atas, gejala dari aspek
kognitif juga bisa dilihat dari pencapaian kompetensi siswa. Kemampuan siswa
sebelum diterapkan metode ini dan sesudahnya, menunjukkan perbedaan, seperti
yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1.
No
|
Nama Siswa
|
Sebelum
|
Sesudah
|
Keterangan
|
1
|
Ahmad Habibi
|
50
|
78
|
|
2
|
Endang Susanti
|
50
|
75
|
|
3
|
Ervina
|
50
|
80
|
|
4
|
Hatmonika
|
49
|
64
|
|
5
|
M. Andrianur
|
50
|
90
|
|
6
|
Matnur
|
50
|
69
|
|
7
|
M. Rais
|
50
|
67
|
|
8
|
M. Rusdianur
|
60
|
90
|
|
9
|
Maryamah
|
45
|
70
|
|
10
|
Mulia
|
50
|
70
|
|
11
|
Nurhalisah
|
55
|
70
|
|
12
|
Nuur Istiqomah
|
64
|
78
|
|
13
|
Fitri Dwi Rahayu
|
54
|
60
|
|
14
|
Rika Rahim
|
50
|
65
|
|
15
|
Rina
|
47
|
55
|
|
Rata - rata
|
52,93
|
72,06
|
Keberhasilan penggunaan
metode ini baru sebatas pencapaian kompetensi dalam proses belajar mengajar di
kelas. Walaupun hasil penerapannya belum mampu diwujudkan lewat pencapaian
prestasi dalam perlombaan, tetapi penulis berusaha untuk mendapatkannya pada
kesempatan berikutnya nanti.
KESIMPULAN
Penggunaan metode ‘ five
in one plus’ pada pembelajaran kosa kata di kelas yang penulis ajar berlangsung
secara lancar, komunikatif dan menyenangkan. Selain itu, siswa juga memiliki
tabungan kosa kata yang merupakan investasi berharga untuk pencapaian
kompetensi yang maksimal.
Metode ‘five in one plus’ sebagai solusi alternatif
memberikan dampak yang efektif dalam proses pembelajaran dan pencapaian target
pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan dengan kerjasama yang saling
mendukung antara guru, siswa, dan pihak sekolah untuk membantu menyiapkan daya
dukung sarana.
Bagi guru, model ini dapat digunakan
sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan pencapaian target pembelajaran . Model
ini juga bisa digunakan untuk mengukur
hasil
belajar peserta didik.
Bagi siswa, model ini membantu meningkatkan penguasaan kosa
kata siswa.
Selain
itu, model ini dapat juga menambah rasa percaya diri siswa.
SARAN
Metode ini telah dicoba untuk digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas tempat penulis mengajar. Bapak, ibu guru yang mengajar
bidang studi bahasa Inggris bisa menemukan metode yang lain lagi guna
meningkatkan penguasaan kosa kata siswa.
Tidak menutup kemungkinan model ini pun bisa direplikasi
untuk mata pelajaran yang lain. Tentu, dengan modifikasi yang disesuaikan
dengan ciri khas masing-masing mata pelajaran.
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.