Dunia Bahasa Inggris Hanaut

“Do whatever you like, be consistent, and success will come naturally.”

Latest Post

 

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI TEKS NARRATIVE MELALUI PERGELARAN



OLEH : A R I Y A T I

 


Pencapaian kompetensi peserta didik dalam bahasa Inggris tidak cukup melalui tes tulis saja, akan tetapi juga tes lisan. Salah satu ketrampilan yang dalam perkembangannya paling bermasalah antara lain reading narrative text.

            Faktanya, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi isi teks. Hal ini diketahui ketika siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru baik secara lisan maupun tulisan. Hanya sebagian kecil siswa yang mampu mengidentifikasi isi teks secara tepat.

            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pencapaian hasil belajar siswa dalam reading teks narrative tersebut. Antara lain daya dukung sarana. Faktor yang pertama ini tentu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Daya dukung sarana yang baik akan memberikan dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik, begitu juga sebaliknya. Kenyataannya, daya dukung sarana yang ada tidak cukup membantu pencapaian hasil  belajar yang optimal.

 Faktor berikutnya adalah model pembelajaran dan suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran dan suasana kelas adalah dua faktor yang saling mempengaruhi. Model pembelajaran yang komunikatif akan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Faktanya, dalam proses pembelajaran sehari-hari, untuk mengidentifikasi sebuah teks narrative, siswa terlebih dahulu diminta  mencari kata sulit (difficult words) yang ditemukan dalam teks berikut artinya, kemudian menerjemahkan keseluruhan teks ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai bagian dari siklus pembelajaran bahasa Inggris (Building Knowledge of the Text),  tindakan ini memang tidak salah dilakukan. Akan tetapi jika pada siklus pertama ini hanya semata-mata ditekankan pada penguasaan kosa kata tanpa mengikutsertakan kompetensi linguistik yang lain, akan berakibat siswa  tidak mampu mengcover isi teks dengan tepat karena keterbatasan kompetensi linguistik. Pilihan model ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi terkesan tidak komunikatif . Itulah mengapa, diperlukan inovasi untuk menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif untuk membantu pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal.

Inovasi sangat mungkin, bahkan harus dilakukan. Seorang pendidik harus mencari resep yang mujarab untuk mengobati persoalan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran seperti paparan di atas. Seyogyanya, di awal semester pendidik sudah harus tahu kesulitan siswa dan mengatasinya dengan resep yang sudah ditemukan.

Keterlambatan proses pendeteksian masalah siswa sejak awal berikut solusinya akan mengakibatkan tidak optimalnya pencapaian target pembelajaran. Secara psikis, siswa semakin tidak percaya diri untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Ketrampilan dan kemampuan siswa pun tidak akan mengalami peningkatan karena tidak mendapatkan treatment yang tepat.

            Berangkat dari hal tersebut, penanganan terhadap masalah siswa menjadi agenda krusial. Masalah yang dihadapi siswa ketika harus mengidentifikasi isi teks narrative berkaitan dengan penguasaan kompetensi linguistik dan tehnik memahami isi teks.

            Kompetensi linguistik bisa diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan ekspositori yang dilakukan secara interaktif dan menarik, misalnya menggunakan game. Sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih bisa ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan siswa menikmati proses pembelajaran dan menyerap materi dalam kondisi yang menyenangkan.

Yang tak kalah penting adalah tehnik memahami isi teks. Tiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap bahan ajar yang diberikan guru. Sehingga seringkali menimbulkan kesenjangan kemampuan antara siswa satu dengan lainnya. Dengan tehnik memahami isi teks yang lama, siswa kurang mampu mengidentifikasi isi teks dan kurang mendapat kesempatan untuk mengeksplor kemampuan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi untuk meminimalkan kesenjangan dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks narrative.

Dalam hal ini “pergelaran”, menjadi patut dipertimbangkan sebagai sebuah solusi efektif untuk  membantu meningkatkan pemahaman siswa atas sebuah teks. Dengan ”pergelaran”, siswa dapat memahami isi teks secara utuh. Hal ini disebabkan siswa memerankan isi teks secara langsung di kelas.

Melalui ”pergelaran”, siswa banyak memperoleh kemudahan dalam memahami sebuah teks. Hal ini sesuai dengan pengalaman penulis yang menunjukkan bahwa kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata mendorong hasil belajar . Siswa diberi keleluasaan untuk mengeksplorasi kemampuan dan keberanian memerankan tokoh yang ada dalam teks. Keterlibatan siswa ini tentu memberikan dampak positif baik secara kognitif, affektif maupun psikomotorik. Hal itu berbeda halnya jika setiap pemahaman siswa atas sebuah teks selalu dipecahkan hanya melalui bimbingan guru. Gejalanya, tindakan guru lebih cenderung disikapi sebagai tindakan evaluatif. Bahkan, guru tertentu memungkinkan diinterpretasikan siswa melakukan tindakan yang bersifat justifikatif. Sehingga menimbulkan rasa takut bersalah yang berimbas pada sikap pasif siswa. Dengan “pergelaran” , diharapkan sikap pasif siswa berubah menjadi sikap aktif.

“Pergelaran sebagai sebuah solusi, pertama dilakukan dengan cara mempersiapkan sarana yang diperlukan. Kemudian beberapa siswa yang memiliki kemampuan lebih memainkan persebagai model. Sedangkan siswa yang lain bertugas sebagai komentator. Model dipilih sesuai dengan jumlah tokoh yang ada dalam teks. Tentu saja, pelaksanaan tindakan ini dilakukan setelah siswa menjalani siklus Building Knowledge of the Text, dan Modelling of the Text.

Setelah “pergelaran” usai, banyak gejala positif yang ditunjukkan siswa. Rasa percaya diri siswa meningkat, dibuktikan dari banyaknya siswa yang ingin menjadi model berikutnya. Siswa tidak sungkan lagi mengajukan diri menjadi pemeran dari tokoh yang ada dalam teks. Gejala tersebut juga bisa dilihat dari perubahan perilaku siswa yang semula pasif menjadi aktif. Baik model maupun komentator menunjukkan semangat dan rasa senang untuk terlibat langsung dalam pergelaran. Juga dapat dilihat dari peningkatan kemampuan siswa ketika memberikan komentar pada model yang telah memerankan tokoh dalam teks.

Gejala di atas memberikan angin segar untuk menindaklanjuti model ini. Tindakan selanjutnya adalah siswa berkelompok dengan komposisi acak. Sehingga memungkinkan untuk memerankan tokoh lintas gender. Masing-masing kelompok mempersiapkan properti sesuai dengan teks. Siswa diberikan izin berkreasi dengan properti kelompoknya masing-masing.

Setelah diuji cobakan kembali, jelas terlihat bahwa dengan solusi melalui“ pergelaran” , tingkat pencapaian pada diri siswa dapat diindikasikan dengan jelas. Diantara gejala perubahan yang muncul dapat dikelompokkan dalam :

a.     Perubahan sikap siswa.

Perubahan sikap siswa dari yang semula acuh tak acuh menjadi lebih perhatian dari sebelumnya. Siswa menjadi lebih fokus pada pergelaran yang digelar karena memiliki daya tarik yang menyedot perhatian siswa.

b.     Perubahan perilaku siswa

Perubahan perilaku dapat dilihat dari siswa yang semula pasif menjadi aktif. Mulai dari mempersiapkan properti, materi sampai dengan memanfaatkan kesempatan bertanya dan menjawab.

c.      Peningkatan kemampuan siswa

Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari 2 segi :

1.     Segi penampilan .

Tiap kelompok memberikan penampilan yang berbeda-beda. Secara prinsip, semua kelompok mengalami kemajuan baik dari segi linguistik maupun tindak bahasanya.

2.     Segi pemahaman isi teks

Dengan menggelar pergelaran di kelas, siswa lebih memahami isi teks. Hal ini terlihat dari setiap jawaban yang dilontarkan siswa atas pertanyaan dari guru.

d.     Peningkatan kepercayaan diri siswa.

Percaya diri siswa semakin meningkat dengan adanya pergelaran. Dengan treatment yang baru, siswa mendapatkan jalan keluar untuk memahami sebuah teks. Hal ini membuat siswa menjadi percaya diri untuk menampilkan jawaban maupun menunjukkan penampilan kelompok.

            Semua aktivitas yang diulang-ulang tentu mengundang rasa bosan. Begitu juga dengan model ini.  Untuk mengantisipasinya, harus disiapkan solusi antisipasi agar target pembelajaran tercapai.

            Solusi yang dimaksud adalah mengidentifikasi isi teks narrative dengan menggunakan pergelaran boneka kertas. Secara prinsip, solusi ini sama dengan pergelaran tersebut di atas. Perbedaannya terletak pada pemainnya. Tentu dengan solusi alternatif ini diharapkan pembelajaran komunikatif-interaktif tetap bisa dilaksanakan untuk mencapai target pembelajaran yang optimal.

            Pergelaran sebagai solusi alternatif memberikan dampak yang efektif dalam proses pembelajaran dan pencapaian target pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan dengan kerjasama yang saling mendukung antara guru, siswa, dan pihak sekolah untuk membantu menyiapkan daya dukung sarana.

            Bagi guru, model ini dapat digunakan sebagai solusi alternatif ketika ketercapaian target pembelajaran dirasa minim kualitas. Model ini juga bisa digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

            Bagi siswa, model ini membantu mempermudah mengidentikasi  isi teks narrative. Selain itu, model ini dapat juga menambah rasa percaya diri siswa.

            Tidak hanya reading narrative text, model ini bisa dan sangat memungkinkan direplikasi untuk ketrampilan yang lain, baik speaking, listening, maupun writing.

            Tidak menutup kemungkinan model ini pun bisa direplikasi untuk mata pelajaran yang lain. Tentu, dengan modifikasi yang dosesuaikan dengan ciri khas masing-masing mata pelajaran.

           

           

           

 

 

 


MENINGKATKAN PENGUASAAN  KOSA KATA SISWA MELALUI
METODE ‘ FIVE IN ONE PLUS’
Oleh    : A R I Y A T I


PENDAHULUAN

Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan yang digunakan sebagai tempat untuk menimba ilmu pengetahuan. Selain sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan, sekolah juga digunakan sebagai tempat siswa mengeksplorasi kemauan dan kemampuan untuk meraih mimpi dan cita-cita mereka di masa depan.
Bagi para siswa, sekolah tempat penulis mengajar  menjadi tempat transfer ilmu sekaligus ‘public space’. Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat minimnya ruang public  yang ada di sekitar sekolah.  
Sekolah tempat penulis bertugas, terletak di pinggiran Sungai Mentaya, tepatnya di Bapinang Hilir. Posisi sekolah yang tidak jauh dari sungai Mentaya, membuat sekolah lebih mudah terendam air. Sehingga melepas sepatu menjadi kebiasaan yang sangat familiar bagi para siswa. Jalan rintang yang ada, tidak menghalangi para siswa untuk menggunakan sekolah  sebagai tempat belajar sekaligus sebagai tempat bermain yang menyenangkan.
Melepas sepatu menjadi kewajiban yang mengasyikkan dan tidak menimbulkan keluhan yang mengganggu proses belajar mengajar setiap hari.
Namun demikian, semangat tersebut belum diimbangi dengan pencapaian kompetensi siswa yang diharapkan. Yakni pencapaian kompetensi yang mampu melampaui kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji kompetensi siswa, baik ulangan harian, ujian sekolah maupun ujian nasional.
Ketidaktercapaian kompetensi tersebut merata hampir diseluruh skill (ketrampilan) berbahasa , baik listening,speaking,reading maupun writing.
Salah satu komponen pembelajaran bahasa Inggris yang dalam perkembangannya paling bermasalah adalah penguasaan kosa kata.
Kosa kata  merupakan himpunan kata bermakna yang dapat digunakan oleh seseorang dalam suatu bahasa. Penguasaan kosa kata berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk menyusun kalimat maupun menguasai ketrampilan berbahasa lainnya.
Penguasaan kosa kata dianggap menjadi bagian yang penting dan mendasar dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Kekayaan perbendaharaan kosa kata sangat menunjang
pencapaian kompetensi berbahasa. Semakin kaya kosa kata yang dimiliki siswa, semakin mudah siswa tersebut memperoleh hasil pencapaian kompetensi yang maksimal.
PERMASALAHAN
Penekanan kurikulum saat ini adalah pencapaian kompetensi. Hal ini berarti siswa dituntut untuk mempunyai kompetensi atau kecakapan tertentu sebagai hasil proses pembelajaran di sekolah.
Faktanya, sebagian besar siswa di SMP Negeri 3 Pulau Hanaut,sekolah tempat penulis mengajar, mengalami kesulitan dalam mencapai  kompetensi dasar  tertentu.
 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pencapaian hasil belajar siswa tersebut. Antara lain daya dukung sarana. Faktor yang pertama ini tentu sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Daya dukung sarana yang baik akan memberikan dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik, begitu juga sebaliknya. Kenyataannya, daya dukung sarana yang ada tidak cukup membantu pencapaian hasil  belajar yang optimal.
 Faktor kedua adalah model pembelajaran dan suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran dan suasana kelas adalah dua faktor yang saling mempengaruhi. Model pembelajaran yang komunikatif akan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran sehari-hari, pola komunikasi yang dibangun atara guru dengan siswa masih jauh dari pencapaian pembelajaran komunikatif.
Faktor ketiga adalah penguasaan kosa kata bahasa Inggris siswa yang kurang memadai. Hal ini mengakibatkan pencapaian kompetensi berbahasa tidak optimal baik secara kuantitas maupun kualitas. Siswa sering mengalami kesulitan memahami kata, sehingga pencapaian kompetensi dasar membutuhkan waktu lebih lama.
Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya penulis menggunakan beberapa cara yang dianggap cepat dan mudah diterima siswa. Cara tersebut adalah memberikan jawaban langsung arti dari kata yang tidak dimengerti siswa, dan meminta siswa untuk mencari arti kata yang tidak dimengerti dalam kamus.
Tindakan tersebut di atas memang tidak salah dilakukan. Namun pada kenyataannya, menimbulkan beberapa efek yang tidak positif. Antara lain, siswa menjadi tergantung pada kamus dan guru. Itulah mengapa, diperlukan inovasi untuk menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan mendukun perubahan ketergantungan siswa untuk membantu pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal.
Inovasi sangat mungkin, bahkan harus dilakukan. Seorang pendidik harus mencari resep yang mujarab untuk mengobati persoalan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran seperti paparan di atas. Seyogyanya, di awal semester pendidik sudah harus tahu kesulitan siswa dan mengatasinya dengan resep yang sudah ditemukan.
Keterlambatan proses pendeteksian masalah siswa sejak awal berikut solusinya akan mengakibatkan tidak optimalnya pencapaian target pembelajaran. Secara psikis, siswa semakin tidak percaya diri untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Ketrampilan dan kemampuan siswa pun tidak akan mengalami peningkatan karena tidak mendapatkan treatment yang tepat.
Kosa kata  merupakan bagian dari kompetensi linguistik yang harus dikuasai siswa. Kompetensi linguistik bisa diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan menarik, misalnya menggunakan game. Sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih bisa ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan siswa menikmati proses pembelajaran dan menyerap materi dalam kondisi yang menyenangkan.
Dalam hal ini metode five in one plus menjadi patut dipertimbangkan sebagai sebuah solusi efektif untuk  membantu meningkatkan penguasaan kosa kata siswa. Dengan metode ‘five in one plus’ siswa diharapkan dapat lebih mudah menguasai kosa kata dibanding sebelumnya.

PEMECAHAN MASALAH
Agar pembelajaran vocabulary ( kosa kata ) memperoleh hasil yang optimal, menyenangkan dan bermakna, penulis mencoba  menggunakan metode yang dinamakan
‘ five in one plus ‘.
‘ Five in one ‘ adalah  tehnik menguasai kosa kata dengan cara mengingat lima ( 5 ) kata setiap satu ( 1 )  kali pertemuan. Metode ini dilakukan secara rutin dilakukan oleh siswa, dan dimonitoring oleh guru secara kontinyu setiap minggu.
Yang dimaksud dengan istilah ‘plus’ adalah tindakan kreatif yang dilakukan guru untuk memonitor hafalan siswa melalui cara yang menyenangkan. Sebagai contoh, pada satu pertemuan, guru mengabsen siswa dengan menggunakan kosa kata yang telah dihafalkan sebelumnya. Tindakan ‘plus’ tersebut selalu diganti dan dimodifikasi sesuai dengan materi, situasi dan kondisi.
Melalui metode ini siswa banyak memperoleh kemudahan dalam menguasai kosa kata, sehingga berpengaruh positif terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pengalaman penulis yang menunjukkan bahwa kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata mendorong hasil belajar . Siswa diberi keleluasaan untuk melakukan eksplorasi di bawah bimbingan guru melaui cara bermain, unjuk hafalan, dan kegiatan lain yang menyenangkan.
Keterlibatan siswa memberikan dampak yang positif  baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hal ini tentu berbeda jika pembelajaran hanya berlangsung di bawah dominasi guru. Hasil yang ditimbulkan adalah rasa tidak percaya diri yang muncul di benak siswa, karena takut salah. Dengan metode five in one plus, diharapkan siswa yang tadinya tidak percaya diri menjadi percaya diri, siswa yang pasif menjadi aktif.

PELAKSANAAN
Metode ‘five in one plus’ dilaksanakan dengan langkah – langkah di bawah ini :
1.        Pada pertemuan pertama, siswa diberi 5 kosa kata, kemudian siswa diminta untuk mengulang – ulang dan mengingat kosa kata tersebut di rumah.
2.    Pada pertemuan berikutnya, guru memonitoring tugas yang diberikan melalui tindakan ‘plus’, misalnya dengan cara menebak kata yang tidak lengkap. Kata – kata yang tidak lengkap tersebut adalah kosa kata yang telah dijadikan tagihan buat siswa.

BENTUK KEBERHASILAN DALAM PEMBELAJARAN
Setelah metode ini diterapkan, banyak gejala positif yang ditunjukkan siswa. Rasa percaya diri siswa meningkat, dibuktikan dari banyaknya siswa yang terlibat aktif dalam setiap tindakan yang diberikan guru. Gejala yang lain juga bisa dilihat dari perubahan perilaku siswa yang semula pasif menjadi aktif. Siswa menunjukkan semangat dan rasa senang untuk terlibat langsung dalam permainan.
Selain dari gejala tersebut di atas, gejala dari aspek kognitif juga bisa dilihat dari pencapaian kompetensi siswa. Kemampuan siswa sebelum diterapkan metode ini dan sesudahnya, menunjukkan perbedaan, seperti yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1.

No
Nama Siswa
Sebelum
Sesudah
Keterangan
1
Ahmad Habibi
50
78

2
Endang Susanti
50
75

3
Ervina
50
80

4
Hatmonika
49
64

5
M. Andrianur
50
90

6
Matnur
50
69

7
M. Rais
50
67

8
M. Rusdianur
60
90

9
Maryamah
45
70

10
Mulia
50
70

11
Nurhalisah
55
70

12
Nuur Istiqomah
64
78

13
Fitri Dwi Rahayu
54
60

14
Rika Rahim
50
65

15
Rina
47
55


Rata - rata
52,93
72,06


Keberhasilan penggunaan metode ini baru sebatas pencapaian kompetensi dalam proses belajar mengajar di kelas. Walaupun hasil penerapannya belum mampu diwujudkan lewat pencapaian prestasi dalam perlombaan, tetapi penulis berusaha untuk mendapatkannya pada kesempatan berikutnya nanti.

KESIMPULAN

Penggunaan metode ‘ five in one plus’ pada pembelajaran kosa kata di kelas yang penulis ajar berlangsung secara lancar, komunikatif dan menyenangkan. Selain itu, siswa juga memiliki tabungan kosa kata yang merupakan investasi berharga untuk pencapaian kompetensi yang maksimal.
Metode ‘five in one plus’ sebagai solusi alternatif memberikan dampak yang efektif dalam proses pembelajaran dan pencapaian target pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan dengan kerjasama yang saling mendukung antara guru, siswa, dan pihak sekolah untuk membantu menyiapkan daya dukung sarana.
            Bagi guru, model ini dapat digunakan sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan pencapaian target pembelajaran . Model ini juga bisa digunakan untuk mengukur
hasil belajar peserta didik.
Bagi siswa, model ini membantu meningkatkan penguasaan kosa kata siswa.
Selain itu, model ini dapat juga menambah rasa percaya diri siswa.

SARAN
Metode ini telah dicoba untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas tempat penulis mengajar. Bapak, ibu guru yang mengajar bidang studi bahasa Inggris bisa menemukan metode yang lain lagi guna meningkatkan penguasaan kosa kata siswa.
Tidak menutup kemungkinan model ini pun bisa direplikasi untuk mata pelajaran yang lain. Tentu, dengan modifikasi yang disesuaikan dengan ciri khas masing-masing mata pelajaran.














MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget